Perekonomian Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah
nama : lufvita melati sukma
Npm: 1601270029
dosen : Totok Harmoyo S.E.,M.Si
Npm: 1601270029
dosen : Totok Harmoyo S.E.,M.Si
3.1 pengertian dan ruang lingkup perekonomian tertutup tanpa
kebijakan pemerintah dalam perspektif ekonomi konvensional.
Perekonomian suatu negara dapat digolongkan atas
(1) perekonomian tertutup(closed economy) yang meliputi atas perekonomian sederhana (perekonomian dua sektor) dan perekonomian tiga sektor
(2) perekonomian terbuka (opened economy)
(1) perekonomian tertutup(closed economy) yang meliputi atas perekonomian sederhana (perekonomian dua sektor) dan perekonomian tiga sektor
(2) perekonomian terbuka (opened economy)
Pada bagian ini akan dibahas
perekonomian dua sektor,yaitu perekonomian yang terdiri dari pengeluaran yang dilakukan
rumah tangga konsumen yang biasanya disebut dengan consumption (C) dan
pengeluaran yang dilakukan rumah tangga produsen (firm) yang biasanya disebut
dengan investment (I).
Keseimbangan perekonomian
sederhana atau dua sektor dapat dituliskan dengan notasi berikut.
Y=C+I ........................................................................................................................(3.1)
Y=C+I ........................................................................................................................(3.1)
Jika sebagian pendapatan
digunakan untuk konsumsi dan sebagian pendapatan digunakan untuk menabung
(saving atau diberi notasi S), maka dapat dituliskan bentuk identitas berikut.
Y=C+S .........................................................................................................................(3.2)
Y=C+S .........................................................................................................................(3.2)
Sehingga identitas (3.1) dan (3.2) dapat digunakan menjadi:
C+I = C+S .......................................................................................................................(3.3)
identitas (3.3) mencerminkan komponen penerimaan (C+S) sama dengan komponen pengeluaran (C+I). Identitas untuk persamaan (3.3) dapat dirumuskan kembali untuk melihat hubungan antara tabungan dan investasi. Dengan mengurangkan konsumsi dari setiap sisi dari persamaan (3.3) sehingga diperoleh:
I=Y-C=S............................................................................................................................(3.4)
persamaan (3.4) menunjukkan bahwa dalam perekonomian sederhana tabungan identik dengan pendapatan dikurangi konsumsi.
C+I = C+S .......................................................................................................................(3.3)
identitas (3.3) mencerminkan komponen penerimaan (C+S) sama dengan komponen pengeluaran (C+I). Identitas untuk persamaan (3.3) dapat dirumuskan kembali untuk melihat hubungan antara tabungan dan investasi. Dengan mengurangkan konsumsi dari setiap sisi dari persamaan (3.3) sehingga diperoleh:
I=Y-C=S............................................................................................................................(3.4)
persamaan (3.4) menunjukkan bahwa dalam perekonomian sederhana tabungan identik dengan pendapatan dikurangi konsumsi.
3.2 Fungsi konsumsi dan tabungan dengan pendekatan ekonomi
konvensional
Dalam perhitungan pendapatan nasional, pendapatan yang
dihasilkan rumah tangga konsumen merupakan sisi pendapatan sedangkan
pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan sisi pengeluaran.
Menurut Keynes, konsumsi merupakan fungsi pendapatan
(C=f(Y)) yang dalam bentuk persamaan dapat ditulis sebagai beriku !
C=a+bY........................................................................................................(3.5)
Di mana:
C = besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga
a = besarnya konsumsi yang tidak tergantung pada jumlah pendapatan atau konsumsi jika tidak ada pendapatan(autonomous consumption)
b =marginal propensity to consume (MPC=∆C/∆Y) atau hasrat marginal dari masyarakat untuk melakukan konsumsi
Y = pendapatan disposable (pendapatan yang siap digunakan untuk mengonsumsi) a> 0 dan 0<b<1
C = besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga
a = besarnya konsumsi yang tidak tergantung pada jumlah pendapatan atau konsumsi jika tidak ada pendapatan(autonomous consumption)
b =marginal propensity to consume (MPC=∆C/∆Y) atau hasrat marginal dari masyarakat untuk melakukan konsumsi
Y = pendapatan disposable (pendapatan yang siap digunakan untuk mengonsumsi) a> 0 dan 0<b<1
Rasio perubahan pengeluaran
konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) lebih besar nol mencerminkan
pengeluaran konsumsi rumah pendapatan meningkat seiring dengan meningkatnya
tingkat pendapatan. sedangkan perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan
pendapatan (MPC) kurang dari satu mencerminkan kenaikan pengeluaran konsumsi
akan selalu lebih kecil dari kenaikan pendapatan.
selain itu, Keynes juga
menyatakan bahwa Average Propensity to Consume (APC) yang merupakan perbandingan
antarakonsumsi yang dilakukan dengan tingkat pendapatan disposable (APC = C/Y)
akan mengalami penurunan sebagai akibat kenaikan pendapatan. Yang menarik dari
pandangan Keynes yang lain yang menyatakan pendapatan merupakan penentu'determinan
konsumsi yang terpenting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting.
Menurut Keynes pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori.
3.3 Fungsi
konsumsi dan tabungan dengan pendekatan ekonomi islam.
Beberapa pandangan para ahli ekonomi islam,mengenai fungsi
konsumsi dalam pendekatan ekonomi islam.
3.3.1 Pandangan Fahim
khan tentang fungsi konsumsi dan tabungan
Mengacu pada pandangan Keynes yang menyatakan konsumsi yang
dilakukan rumah tanngga konsumen dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, Khan
membagi tingkat pendapatan masyarakat menjadi (1) pendapatan yang berada diatas
nisab (angka minimal asset yang terkena kewajiban zakat) yang dinotasikan
dengan Yu (upper classes / golongan
kaya) dan (2) pendapatan yang berada dibawah nisab yang dinotasikan
dengan YL (lower classes / golongan miskin). Menurut Khan (1995) dibagi dua
bentuk atas pengeluaran (1) konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga tersebut
untuk kebutuhan sendiri (for self) yang dilambangkan dengan notasi E1 dan (2)
konsumsi yang dilakukan rumah tangga untuk menuju keridhaan Allah (cause of
Allah) yang dinotasikan dengan E2. Berdasarkan tersebut Khan, menawarkan fungsi
konsumsi
C* = Aθ+AuYu……………………………………………………………………………(3.14)
3.3.2 Pandangan
Metwally tentang fungsi Konsumsi dan Tabungan
Dalam mengembangkan fungsi konsumsi dalam perspektif islam,
Metwally menggunakan beberapa pendekatan hipotesis teori yang dapat dijelaskan
secarasederhana sebagai berikut :
Hipotesis pendapatan
Mutlak
Hipotesis
ini menyatakan bahwa konsumsi dalam periode waktu tergantung pada pendapatan
siap konsumsi (disposable income) pada periode tersebuut. Naiknya opendaopatan
akan meningkatkan konsumsi, tetapi peningkatan konsumsi lebih kecil dari
peningkatan pendapatan.
Metwally (1995) memasukkan peranan zakat terhadap fungsi konsumsi, untuk
menyederhanakan masalahdianggap besarnya zakat ditunjukkan oleh fungsi :
Z =αY…………………………………………………………………… …(3.16)
Dimana :
0 < a < 1
Selain itu, dimisalkan bY merupakan pendapatan pemabayaran
zakat dan (1-β) Y adalah pendapatan
penerima zakat,dimana :
0 < β < 1
Dimisalkan pula ϐ sebagai hasrat konsumsi marginal penerima
zakat, dimana :
0 < b < ϐ < 1
Berdasarkan hal itu maka fungsi konsumsi dalam ekonomi islam
menjadi :
C = a+b (βY-αY)+ϐ[(1-β)Y+αY]……………………………………………………..(3.17)
Dimana :
a + b ( βY – αY) = Fungsi konsumsi untuk pembayaran zakat
ϐ[(1-β) Y+αY] = Fungsi konsumsi untuk menerima zakat
Hipotesis pendapatan
Relatif (the Relative Income Hyphothesis)
Hipotesis ini menyatakan konsumsi sekarang saja ditentukan
pendapatan siapkonsumsi pada masa sekarang (Ys) tetapi pendapatan sebelumnya (
pendapatan masa puncak atau Yp).
C = a + b (βY-αY)
+δ[(1-β)Y+αY]
Y = C + S
3.3.3 Pandangan
Munawar Iqbal tentang Konsumsi
Iqbal dalam catatannya ‘ Zakat, Moderation, and Aggregate
Consumption in an Islamic Economy’ (1985) mengulas beberapa tulisan ia memulai
dengan persamaan yang sama C = a0 + cY, ia menyederhanakan yang lainnya untuk
penggunaannya.
3.4 Fungsi Investasi
dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional
Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan pelengkapan-pelengkapan produksi untuk menambah
kemampuan untuk memproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian.
Ada 3
bentuk pengeluaran investasi :
1. Investasi tetap bisnis (business fixed investment), yaitu pengeluaran investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industry dan perusahaan.
1. Investasi tetap bisnis (business fixed investment), yaitu pengeluaran investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industry dan perusahaan.
2. Investasi residensial (residensial investment), yaitu
pengeluaran untuk mendirikan rumah temapat tinggal, bangunan kantor, bangunan
pabrik, bangunan pabrik,dan bangunan lainnya.
3. Investasi persedian (intervetory investment) yaitu berupa pertambahan nilai stok barang-barang
yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang lain yang belum diproses produksi pada akhit tahun perhitungan
pendapatan nasional.
3.5 Fungsi Investasi
dengan Pendekatan Ekonomi Islam
Perbedaan dengan pendekatan ekonomi konvensional karena fungsi investasi dalam
ekonomi konvensional dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentunya tidak
berlaku dalam pendekatan ekonomi islam.
Menurut Metwally (1995), investasi dinegara-negara penganut
ekonomi islam dipengaruhi 3 faktor (1) ada sanksiterhadap pemegang asset yang
kurang atau tidak produktif (hoarding idle asset) ; (2) dilarang melakukan
berbagai bentuk spekulasi dan segala macam judi ; (3) tingkat bunga berbagai
pinjaman sama dengan nol. Sehingga seorang muslim boleh memilih tiga
alternative atas dananya, yaitu ; (a) memegang kekayaannya dalam bentuk uang
kas ; (b) memegang tabungannya dalam bentuk asset tanpa berproduksi seperti
deposito, real estate, permata; atau (c) menginvestasikan tabungannya (seperti
memiliki proyek proyek yang menambah persedian capital nasional).
Komentar
Posting Komentar