KRISIS
Nama: lufvita melati sukma
Npm: 1601270029
Perbankan syariah umsu
Dosen : totok harmoyo S.E., M.Si
Npm: 1601270029
Perbankan syariah umsu
Dosen : totok harmoyo S.E., M.Si
Krisis ekonomi indonesia 1998
Awal terjadinya berbagai krisis
yang muncul di Indonesia adalah adanya devaluasi mata uang Baht oleh pemerintah
Thailand pada tanggal 2 Juli 1997 sebagai akibat adanya kegiatan di pasar
valuta asing, khususnya dolar Amerika Serikat. Kemudian merambat ke
Filipina,Malaysia dan Indonesia. Pada mulanya kurs dolar Amerika Serikat US$ 1
= Rp 2.400,- menjadi US$ 1 = Rp 3.000,-. Kemudian naik terus (pada bulan
Agustus – November 1997) sampai menunjukan angka US$1 = Rp 12.000,-.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia
antara lain dengan menaikkan suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) sampai
30%, dengan harapan menurunkan inflasi. Namun kenyataan dilapangan, bank-bank
menaikan leading rate (tingkat suku bunga kredit) karena cost of loanable funds
(biaya dana pinjaman) mengalami kenaikkan pada semua bank. Akibat lainnya
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) juga meningkat tajam, karena bank-bank
mengalami kesukaran likuiditasnya. Kondisi ini bahkan meningkatkan laju inflasi
dari 11,05% pada tahun 1997 menjadi 77,63% pada tahun 1998.
karena kepercayaan masyarakat
rendah dengan kondisi sector perbankan yang rapuh. Hal ini terjadi karena
kebijakan perbankan yang sangat liberal. Sampai hampir satu dekade setelah
krisis perbankan masih tetap menjadi bagian dari krisis ekonomi. Kondisi LDR
(Loan to Deposit Ratio) perbankan masih rendah. Sepertiga bahkan sampai 40%
dana perbankan tidak bisa disalurkan sebagai kredit untuk usaha dan bisnis.
Dana perbankan banyak dimainkan untuk investasi bukan disektor riil. Sebagai
kebalikan aturan perbankan sebelum krisis, setelah krisis perbankan dijerat
dengan berbagai aturan yang sangat ketat, sehingga mengorbankan sector riil.
Kondisi sector industry akhirnya juga mengalami kemacetan. Akibat selanjutnya
tidak hanya krisis moneter, krisis perbankan dan krisis ekonomi yang terjadi di
Indonesia, tetapi juga diikuti krisis sosial, krisis kepercayaan dan krisis
politik.
Juni 1997, Indonesia mulai
mengalami pengaruh krisis Thailand. Tidak seperti Thailand, Indonesia memiliki
inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari US$900 juta, cadangan
devisa lebih dari US$20 milyar, dan sektor perbankan yang berjalan dengan baik.
Namun sayangnya, ternyata banyak perusahaan Indonesia yang meminjam ke luar
negeri atau berutang dalam bentuk dolar AS. Pada 14 Agustus 1997, Pemerintah RI
mengganti kebijakan pertukaran mengambang teratur dengan pertukaran mengambang
bebas, akibatnya Rupiah terperosok semakin dalam. Depresiasi rupiah hanya
memperburuk situasi secara drastis.
Perusahaan-perusahaan di
Indonesia berlomba-lomba membeli dolar sehingga menimbulkan lebih banyak
tekanan terhadap rupiah dan memperburuk situasi utang yang dimiliki oleh para
perusahaan.
Persediaan devisa menjadi langka
karena pinjaman-pinjaman baru untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak
diberikan oleh kreditur asing. Karena tidak mampu mengatasi krisis ini maka
pemerintah Indonesia memutuskan untuk mencari bantuan keuangan dari Dana
Moneter Internasional (IMF) pada bulan Oktober 1997. IMF kemudian datang dengan
paket “bantuan” US$23 milyar, Sebagai imbalannya IMF menuntut beberapa langkah
reformasi keuangan yang mendasar: penutupan 16 bank swasta, penurunan subsidi
pangan dan energi, dan menyarankan agar Bank Indonesia untuk menaikkan iklim
suku bunga. Akan tetapi paket reformasi ini ternyata gagal. Penutupan 16 bank
(beberapa diantaranya dikendalikan oleh kroni Presiden Suharto) memicu
penarikan dana besar-besaran pada bank-bank lain. Milyaran rupiah ditarik dari
tabungan, sehingga membatasi kemampuan bank untuk memberikan pinjaman dan
memaksa Bank Indonesia untuk memberikan kredit dalam jumlah besar kepada
bank-bank yang masih ada untuk mencegah krisis perbankan yang semakin parah.
Rupiah semakin anjlok lebih dalam lagi karena adanya pembayaran utang swasta
luar negeri yang jatuh tempo, permintaan US$ yang sangat tinggi di pasar, dan
penjualan rupiah besar-besaran. Pasar uang dan bursa efek Jakarta menyentuh
titik terendah pada bulan September 1997. Moody’s menurunkan peringkat utang
jangka panjang Indonesia menjadi “junk bond”.
Faktor-faktor Penyebab Krisis
¡ Suku
bunga naik dan ketersediaan pasar keuangan internasional
¡ Negara-negara
Asia tanpa terkecuali diterapkan kurs tetap untuk mata uang mereka kaitannya
dengan dollar.
¡ Melemahnya
tingkat ekspor sebagai akibat dari penguatan dolar, sehingga membuat
barang-barang Asia kurang kompetitif.
Selain itu ada juga :
ü
Dianutnya sistem devisa yang terlalu bebas tanpa
adanya pengawasan yang memadai memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir
keluar-masuk secara bebas berapapun jumlahnya. Kondisi di atas dimungkinkan,
karena Indonesia menganut rezim devisa bebas dengan rupiah yang konvertibel,
sehingga membuka peluang yang sebesarbesarnya untuk orang bermain di pasar
valas. Masyarakat bebas membuka rekening valas di dalam negeri atau di luar
negeri. Valas bebas diperdagangkan di dalam negeri, sementara rupiah juga bebas
diperdagangkan di pusat-pusat keuangan di luar negeri.
ü
Tingkat depresiasi rupiah yang relatif rendah,
berkisar antara 2,4% (1993) hingga 5,8% (1991) antara tahun 1988 hingga 1996,
yang berada di bawah nilai tukar nyatanya, menyebabkan nilai rupiah secara
kumulatif sangat overvalued. Ditambah dengan kenaikan pendapatan penduduk dalam
nilai US dollar yang naiknya relatif lebih cepat dari kenaikan pendapatan nyata
dalam Rupiah, dan produk dalam negeri yang makin lama makin kalah bersaing
dengan produk impor. Nilai Rupiah yang overvalued berarti juga proteksi
industri yang negatif. Akibatnya harga barang impor menjadi relatif murah dan
produk dalam negeri relatif mahal, sehingga masyarakat memilih barang impor
yang kualitasnya lebih baik. Akibatnya produksi dalam negeri tidak berkembang,
ekspor menjadi kurang kompetitif dan impor meningkat.
ü
utang luar negeri swasta jangka pendek dan
menengah sehingga nilai tukar rupiah mendapat tekanan yang berat karena tidak
tersedia cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta bunganya
ditambah sistim perbankan nasional yang lemah.
ü
Permainan yang dilakukan oleh spekulan asing
yang dikenal sebagai hedge funds tidak mungkin dapat dibendung dengan melepas
cadangan devisa yang dimiliki Indonesia pada saat itu, karena praktek margin
trading, yang memungkinkan dengan modal relatif kecil bermain dalam jumlah besar.
ü
Defisit neraca berjalan yang semakin membesar,
yang disebabkan karena laju peningkatan impor barang dan jasa lebih besar dari
ekspor dan melonjaknya pembayaran bunga pinjaman.
ü
Penanam modal asing portofolio yang pada awalnya
membeli saham besar-besaran diiming-imingi keuntungan yang besar yang ditunjang
oleh perkembangan moneter yang relatif stabil kemudian mulai menarik dananya
keluar dalam jumlah besar.
ü
IMF tidak membantu sepenuh hati dan terus
menunda pengucuran dana bantuan yang dijanjikannya dengan alasan pemerintah
tidak melaksanakan 50 butir kesepakatan dengan baik.
Dampak
krisis ekonomi pada perekonomian Indonesia
ü
Banyak
perusahaan yang terpaksa mem-PHK pekerjanya dengan alasan tidak dapat
membayar upah para pekerjanya. Sehingga menambah angka pengangguran di
Indonesia.
ü
Pemerintah kesulitan menutup APBN.
ü
Harga barang yang naik cukup tinggi, yang
mengakibatkan masyrakat kesulitan mendapat barang-barang kebutuhan pokoknya.
ü
Utang luar negeri dalam rupiah melonjak.
ü
Harga BBM naik.
Disaat krisis itu terjadi banyak
pejabat yang melakukan korupsi. Sehingga mengurangi pendapatan para pekerja
yang lain. Banyak perusahaan yang meminjam uang pada perusahaan Negara asing
dengan tingkat bunga yang lumayan tinggi, hal itu menambah beban utang Negara.
Krisis ekonomi amerika serikat 2008
Tahun 2007, tanda-tanda bahwa
ekspansi yang mungkin segera berakhir mulai muncul. Harga perumahan AS dua kali
lipat sejak tahun 2000 mulai menurun. Di pertengahan 2007, Ekonom membagi
apakah ini mungkin menyebabkan resesi-penurunan output. Optimis meyakininya,
ketika harga rumah lebih rendah bisa menyebabkan pembangunan perumahan lebih
rendah dan menurunkan pengeluaran konsumen, The Fed (nama pendek bagi bank
sentral AS, secara resmi dikenal sebagai Federal Reserve Board) bisa menurunkan
suku bunga untuk merangsang permintaan dan menghindari resesi. Pesimis percaya
bahwa penurunan suku bunga mungkin tidak cukup untuk mempertahankan permintaan,
dan mungkin Amerika Serikat akan mengalami resesi singkat. Bahkan pesimis ternyata
tidak cukup pesimis. Harga perumahan terus menurun, menjadi jelas bahwa banyak
dari pinjaman hipotek yang telah diberikan selama ekspansi sebelumnya yang
berkualitas buruk.
Pada tanggal 15 September 2008,
sebuah bank besar, Lehman Brothers bangkrut karena macetnya pembayaran kredit
perumahan. Efeknya dramatis. Macetnya kredit mengakibatkan kerugian di pihak
kreditor dan mengganggu aktivitas rangkaian sistem kerja keuangan Amerika
Serikat dan dunia. Macetnya kredit mmembuat para investor ingin menarik investasinya
dan membuat perolehan laba di lembaga keuangan menurun akibat adanya
ketidakpercayaan konsumen.
Lehman Brothers merupakan
perusahaan sekuritas keempat terbesar di Amerika Serikat. Lehman menderita
bangkrut karena tidak mampu membayar utang senilai 613 miliar dollar Amerika
Serikat kepada kreditor. Kebangkrutan Lehman ini mempengaruhi banyak
simpul ekonomi di berbagai negara. Karena Lehman Brother sebelumnya menerima
suntikan dana dari para investor dari berbagai belahan dunia termasuk juga bank
dunia yang memberikan pinjaman dana besar kepada Lehman dan kini
terkena imbas kebangkrutan Lehman, yang akhirnya mulai mengganggu
sistem keuangan dunia.
Maka dari itu
kebangkrutan Lehman membuat Amerika Serikat menyuntikkan dana sebesar
70 miliar dollar AS, Bank Sentral Eropa 99,4 miliar dollar AS, Bank Inggris
35,6 miliar dollar AS, Bank Nasional Swiss 7,2 miliar dollar AS dan Bank Jepang
24 miliar dollar AS.
Penyebab Terjadinya Krisis Ekonomi
Amerika Serikat
¡ Penumpukan
hutang nasional hingga mencapai 8.98 trilyun dollar AS sedangkan PDB hanya 13
trilyun dollar AS
¡ Terdapat
progam pengurangan pajak korporasi sebesar 1.35 trilyun dollar. (mengurangi
pendapatan negara)
¡ Pembengkakan
biaya Perang Irak dan Afganistan (hasilnya Irak tidak aman dan Osama Bin Laden
tidak tertangkap juga) setelah membiayai perang Korea dan Vietnam.
¡ CFTC
(Commodity Futures Trading Commision) sebuah lembaga pengawas keuangan tidak
mengawasi ICE (Inter Continental Exchange) sebuah badan yang melakukan
aktifitas perdagangan berjangka. Dimana ICE juga turut berperan mengdongkrak
harga minyak hingga lebih dari USD 100/barel
¡ Subprime
Mortgage: Kerugian surat berharga property sehingga membangkrutkan Merryl
Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock,UBS, Mitsubishi UFJ.
¡ Keputusan
suku bunga murah dapat mendorong spekulasi.
Terdapat faktor lain yang sangat
berpengaruh terhadap timbulnya krisis ekonomi di Amerika Serikat, yaitu :
- Agresi Militer Amerika Serikat Ke Irak dan Afganistan.
- Subprime Mortgage di sektor perumahan
- Neraca keuangan yang tidak sehat.
- Telalu Overconfidence dalam penyaluran kredit.
3 negara dengan kekuatan ekonomi utama didunia :
1. Amerika Serikat
Untuk negara besar seperti
amerika serikat output sebesar $14,7 triliun di tahun 2010 yang berarti 23%
dari output di dunia dengan standar hidup yang sangat tinggi $43.000. Ini
adalah negara yang output perorang mendekati atas.
Ekonom melihat keadaan kesehatan
negara dengan melihat 3 variabel dasar:
¡ Tingkat
pertumbuhan Output
¡ Tingkat
pengangguran
¡ Tingkat
inflasi
Saat krisis datang tahun 2008
output tidak ada dan menurun tahun 2009 hingga -3,5%, pengangguran meningkat
secara dramatis hampir 10% . Inflasi menurun menjadi -0,3 tahun 2009 dan
kembali positif tetapi tetap rendah. Perekonomian pada tahun 2010 melambung dengan
pertumbuhan output 3%. Sejak saat itu, pertumbuhan mengalami penurunan sehingga
menjadi lemah dan pengangguran diperkirakan tetap tinggi untuk waktu yang lama.
Inflasi diperkirakan akan tetap rendah.
Tahun 1998 anggaran Amerika
Serikat surplus, alasan nya ialah:
- Pertumbuhan output yang kuat
- Aturan yang dirancang dan dilaksanakan mengandung pengeluaran pemerintah dari penggunaan pengeluaran pada beberapa kategori pengeluaran dengan persyaratan bahwa setiap program pengeluaran baru dikaitkan dengan peningkatan pendapatan yang sama
2. Kawasan Euro
Ada 27 negara yang tergabung yang
saat ini dikenal Uni Eropa. Tahun 1999. Uni eropa memutuskan untuk penggantian
mata uang nasional dengan satu mata uang bersama yaitu Euro. Kawasan euro
mempunyai kekuatan ekonomi yang kuat dengan output hampir sama dengan Amerika
serikat dan standar hidup tidak jauh dibelakang. Tahun 2000-2007 periode
praklinis pertumbuhan output lebih rendah daripada Amerika serikat.
Pengangguran jauh lebih tinggi daripada Amerika serikat. Tetapi inflasi lebih
rendah dari Amerika Serikat.
Kawasan Euro menghadapi 2 isu
utama yakni:
- Bagaimana mengurangi pengangguran
- Bagaimana daerah mata uang bersama berfungsi secara efisien
- Cara mengurangi pengangguran di Eropa
1.peningkatan pengangguran eropa
sejak tahun 2007 disebabkan krisis. Walaupun prakrisis tingkat pengangguran
sudah tinggi 8,5% periode 2000-2007. Beberapa politisi berpendapat bahwa
kebijakan moneter yang dibuat Bank Sentral Eropa mempertuhan suku bunga terlalu
tinggi yang menyebabkanermintaan rendah dan pengangguran tinggi. Menurut
mereka, bank sentral harus menurunkan suku bunga dan memungkinkan untuk
peningkatan permintaan dan pengangguran akan menurun. Terlalu ketat kebijakan moneter akan menyebabkan
pengangguran tinggi untuk beberapa tahun tapi sumber masalah nya bukan dari
kebijakan moneter melainkan lembaga pasar tenaga kerja.
Negara-negara eropa sangat
melindungi tenaga kerjanya. Untuk mencegah pekerja kehilangan pekerjaannya
mereka membuat mahal bagi perusahaan yang memberhentikan pekerjanya. Ini untuk
melindungi pekerja menjadi pengangguran pemerintah menyediakan asuransi
pengangguran berlimpah-limpah. Tetapi mereka mengurangi insentif bagi para
pengangguran yang mencari pekerjaan ini juga meningkatkan pengangguran.
Solusinya adalah kurangi perlindungan, hilangkan kelakuan pasar tenaga kerja
dan mengadopsi gaya lembaga pasar tenaga kerja Amerika Serikat.
2. Mata uang bersama berjalan
efisien
Ada keuntungan ekonomi memiliki
mata uang bersama: tidak ada perubahan harga relatif mata uang bagi
perusahaan-perusahaan Eropa yang mengkhawatirkannya, tidak perlu mengubah mata
uang bagi saat melintasi perbatasan, bersama-sama menghapus hambatan lain untuk
perdagangan diantara negara-negara Eropa.
Lainnya khawatir bagaimanapun
simbolisme euro mungkin datang dengan biaya ekonomi yang besar. Mata uang
bersama berarti kebijakan moneter yang umum, yang berarti tingkat bunga yang
sama di negara-negara euro. Ada lagi yang berpendapat, bagaimana jika salah
satu negara terjun ke dalam resesi sementara yang lain di tengah-tengah ledakan
ekonomi? Negara pertam membutuhkan suku bunga rendah sedangkan negara kedua
membutuhkan suku bunga yang lebih tinggi untuk memperlambat ekonomi nya. Jika
suku bunga sama di kedua negara apa yang akan terjadi? Apakah tidak ada risiko
bahwa satu negara akan tetap dalam resesi dalam waktu yang lama atau yang lain
tidak akan dapat memperlambat ekonomi yang sedang besar?
Sejumlah anggota euro dari
Irlandia, Portugal dan Yunani akan melalui resesi yang mendalam. Jika mereka memiliki
mata uang sendiri mereka mungkin akan mengalami penurunan tingkat suku bunga
atau menyusutkan mata uang anggota euro lainnya untuk meningkatkan permintaan
ekspor mereka. Karena mereka akan berbagi mata uang dengan tetangga mereka maka
ini tidak mungkin. Beberapa ekonom berpendapat mereka harus keluar dari euro.
Tetapi itu tidak bijaksana karena akan menyerah pada keuntungan lain yang
berada di euro dan menganggu.
3. China
Penduduk china sangat besar 4
kali lebih banyak dari Amerika Serikat. Output hanya 5,8 triliun dolar kurang
dari setengah output Amerika Serikat. Output peroranf $4.300 sekitar
sepersepuluh dari output perorang Amerika Serikat. Ketika membandingkan output
perorang di negara kaya seperti Amerika Serikat dan negara relatif miskin seperti
china harus berhati-hati. Alasannya adalah banyak barang murah di negara-negara
miskin. Sebagai contoh, harga rata-rata restoran makanan di New York sekitar 20
dolar, harga rata-rata. restoran di beijing sekitar 4 dolar.
China berkembang pesat selama lebih
3 dekade. Pertumbuhan output sejak tahun 1980-1999 rata-rata 9,8%.
Pengangguran: banyak pekerja yang tinggal di pedesaan daripada menjadi
pengangguran di kota-kota. Namun, angka-angka pengangguran konsisten rendah.
Sulit melihat efek krisis dari
china. Pertumbuhan output hampir tidak menurun, dan pengangguran tidak naik
sejak tahun 2007. Alasannya bukan karena China tertutup di belahan dunia
lainnya tetapi ekspor china melambat selama krisis. Tapi efek yang merugikan
pada permintaan hampir sepenuhnya diimbangi dengan ekspansi fiskal besar oleh
pemerintah Cina khususnya peningkatan besar dalam investasi publik. Hasilnya
pertumbuhan terus-menerus permintaan dan gantinya output.
Kinerja pertumbuhan yang
berkelanjutan menimbulkan pertanyaan. Mungkinkah pertumbuhan telah
dibesar-besarkan? China masih resmi negara komunis, dan pejabat pemerintah
memiliki insentif untuk melebih-lebihkan kinerja ekonomi sektor. Pertumbuhan
output memang tinggi di china.
Jadi dari mana pertumbuhan itu
berasal? Ini jelas berasal dari dua sumber:
¡ Yang
pertama adalah akumulasi tinggi modal. Tingkat investasi (rasio investasi
terhadap output) di Cina melebihi 40% dari output. Sebagai perbandingan,
tingkat investasi di Amerika Serikat hanya 17%. Lebih banyak modal berarti
produktivitas yang lebih tinggi dan output yang lebih tinggi.
¡ Kedua
adalah kemajuan teknologi yang pesat. Salah satu strategi yang diikuti oleh
pemerintah Cina telah mendorong perusahaan asing untuk pindah dan menghasilkan
di Cina. Sebagai perusahaan asing biasanya jauh lebih produktif daripada
perusahaan China, ini telah meningkatkan produktivitas dan output. Aspek lain
dari strategi dengan membuat perusahaan China bekerja dan belajar dari
perusahaan asing, sehingga produktivitas perusahaan China meningkat secara
dramatis
¡ Cina
adalah salah satu dari sejumlah negara yang membuat transisi dari perencanaan
pusat ke ekonomi pasar. Sebagian besar negara-negara lain, dari Eropa Tengah,
Rusia dan bekas Republik Soviet lainnya, mengalami penurunan besar dalam output
pada saat transisi. Sebagian besar masih memiliki tingkat pertumbuhan jauh di
bawah China. Di banyak negara, korupsi dan hak kekayaan miskin membuat
perusahaan enggan untuk berinvestasi. Jadi mengapa Cina bernasib jauh lebih
baik? Beberapa ekonom percaya bahwa ini adalah hasil dari transisi lambat:
Reformasi Cina pertama terjadi di bidang pertanian sejak tahun 1980, dan bahkan
hari ini, banyak perusahaan tetap dimiliki oleh negara. Yang lain berpendapat
bahwa fakta bahwa partai komunis tetap dalam kontrol telah benar-benar membantu
transisi ekonomi; kontrol politik yang ketat telah memungkinkan untuk
perlindungan hak milik yang lebih baik, setidaknya untuk perusahaan-perusahaan
baru memberi mereka insentif untuk berinvestasi. Dengan demikian negara-negara
miskin lainnya dapat mengambil pengalaman dari Cina, jelas dapat membuat
perbedaan besar, tidak hanya untuk Cina tetapi untuk seluruh dunia.
Komentar
Posting Komentar